Anak Kecil yang Pandai Bersyukur

advertise here

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung, dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya. “Bagaimana perjalanan kali ini?”
“Wah..sangat luar biasa, Ayah!”
“Kau lihatkan, betapa manusia bisa sangat miskin,”kata ayahnya.
“Oh iya” kata anaknya.
“Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab. “Aku melihat, bahwa kita hanya punya satu anjing dan mereka punya empat.
Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.
Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh.
Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya.
Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.
Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.”
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara.
Kemudian sang anak menambahkan, “Terimakasih Ayah, telah menunjukan kepada saya betapa miskinnya kita.”
***
Betapa seringnya kita melupakan apa yang kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini berdasarkan kepada cara pandang seseorang. Membuat kita bertanya apakah yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta lebih.
Kita jarang sekali menyadari apa yang telah kita punya, meskipun itu biasa-bisa saja bagi kita, menjadi dambaan bagi orang-orang yang tidak beruntung di sekitar kita.
Kekayaan yang kita miliki ibarat sebuah gedung, kita berusaha sebaik mungkin untuk menaiki tangga kekayaan. Lalu pada saat kita sudah sampai pada puncak gedung kekayaan kita seakan lupa diri, padahal kita bisa saja jatuh kapan saja dari puncak.
Bayangkan bila kita jatuh dari puncak gedung kekayaan tersebut, bisa dipastikan kita akan langsung sekarat, bandingkan bila kita jatuh dari lantai satu, mungkin kita hanya akan mengalami cedera ringan.
Begitulah kehidupan, kita hanya perlu kemauan untuk menapaki tangga kekayaan, ketika sudah sampai di puncak apa yang harus kita lakukan? Pelan-pelan turunlah dari tangga tersebut, dan berhentilah kau di lantai satu atau dua, agar ketika kau jatuh, kau tidak merasa terlalu sakit.
Bisakah kita terjatuh dari gedung kekayaan tersebut? Mudah saja, Allah tinggal memberi sedikit cobaan, hilanglah seluruh hartamu, maka janganlah kau terlalu dibutakan oleh harta-hartamu.
doc. pribadi.
Posting Komentar
Click to comment

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *